Bab 118 Petugas Mencatat
Bab >18 Petugas Mencatat
Yanti menarik Darlene keluar dari ruangan, berkata, "Darlene, kakak Hary sepertinya menyukaimu."
Darlene langsung terkejut, membantah berkata, "Yanti, kamu jangan asal berkata, aku dan sekretaris Hary hanyalah sebatas atasan dan bawahan."
Yanti menyodorkan jempolnya yang gendut ke hadapan Darlene dan menggoyangkanya berkata, "Aku tidak akan salah melihat orang, tatapan kakak angkatan saat melihatmu berbeda."
"Yanti, kamu lebih baik mengajariku hal yang lebih berguna saja." Darlene sama sekali tidak menganggap ucapan Yanti, dan Hary mana mungkin menyukainya.
Yanti yang melihat Darlene terus tidak ingin membicarakan ini pun hanya menganggukkan kepala berkata, "Baik, siang ini akan datang perkara perceraian, nanti kamu ikut denganku."
"En, aku pergi melihat casenya dulu." Darlene dengan dagu menunjukkan setumpuk berkas yang ada di pelukannya.
Sebelum pergi Yanti dengan penuh makna berkata, "Baik, Darlene ingat liat jaringan perusahaan, kamu akan menyadari sebuah hal yang mengejutkan."
"Aku tahu." Darlene menganggukkan kepala mengartikan dia tahu, masih terus memikirkan case yang sedang ada di tangannya, begitu banyak sampai kapan dia baru bisa selesai melihatnya.
Jadi setelah kembali ke tempat duduknya, Darlene sama sekali tidak ada waktu melihat jaringan yang dikatakan Yanti, langsung fokus pada case, menyadari orang yang membereskan case ini sangat teliti, banyak hal yang tidak disadari orang sudah dilingkari.
Ada juga yang dijelaskan dengan detail, melihat tulisan yang begitu bersemangat, bisa diketahui kalau tenaga orang yang memegang pena sangat kuat, orang yang mencatat ini pasti seorang pria.
Dia sangat penasaran pria seperti apa di kantor ini yang bisa menulis tulisan seindah ini.
Didalam otaknya muncul sebuah wajah yang dingin, apakah adalah dia?
Jelas-jelas tidak yakin, hanya saja insting membuatnya yakin pasti adalah dia, Yose.
Tanpa sadar 2 jam sudah berlalu, Darlene menyadari dirinya sudah terlalu fokus pada ini, setiap case ditulis dengan sangat detail, tidak seperti yang disiarkan di tv yang begitu membosankan hingga membuat orang tidak ingin melihatnya.
"Darlene, apa yang sedang kamu lakukan, tidak lihat pesan yang aku kirim untukmu?" sebuah wajah yang gendut dan bulat muncul di hadapannya.
Darlene pun terkeujut, menyadari orang yang ada di depannya adalah Yanti, dia pun kembali tenang, "Maaf Yanti, aku terlalu fokus, tidak sadar kalau kamu datang."
"Sudahlah, ayo, wanita itu sudah datang." Yanti juga tidak mempermasalahkan hal kecil ini, memanggil Darlene kalau sudah bisa pergi.
"En." Darlene menyimpan case itu, setelah meletakkanya dengan rapi, dia baru pergi ke ruang tamu kecil.
Mereka berdua masih belum masuk dan sudah melihat seorang wanita dengan pakaian kerja yang memakai kacamata hitam besar dan duduk tegak di dalam.
Yanti duluan mendorong pintu dan masuk, Darlene juga ikut dibelakangnya.
"Maaf, nyonya Belinda kamu sudah menunggu lama." Yanti tidak lagi tersenyum seperti biasa, dengan wajah yang profesional berkata.
"Tidak apa-apa, aku juga barusan datang." Suara Nyonya Belinda sangat lembut.
Darlene pun menuangkan secangkir air dan menaruhnya dihadapan nyonya Belinda berkata, "Nyonya Belinda, minum dulu untuk membasahi tenggorokan."
Dia menyadari kalau wanita dihadapanya ini tidak setenang kelihatannya, suaranya terdengar sedikit serak.
Nyonya Belinda pun melihat Darlene sejenak berkata, "Terima kasih."
Yanti melihat keadaan sudah cocok pun langsung memasuki topik berkata, "Nyonya Belinda tolong anda ceritakan semua masalah dengan lengkap, agar kami lebih mudah mencatatnya untuk pengacara, termasuk detail-detail penting."
Nyonya Belinda menganggukkan kepala, dengan wajah yang sangat tenang menceritakan, seperti semua hal ini adalah hal yang tidak penting.
"Suamiku selingkuh, selingkuhannya adalah seorang murid seni yang belum tamat, sekarang foto yang ada ditanganku adalah foto mereka." Berhenti sejenak, seperti sedikit sulit melanjutkan, menahan gemetar tubuhnya dan perlahan berkata, "Dan juga ada history chating, sekarang aku meminta untuk bercerai, menginginkan saham perusahaan milikku dan juga harta."
"Nyonya Belinda, yang kamu maksud dengan history chating, apakah tercantum nama suami anda dan wanita itu, foto itu adalah foto biasa, atau foto yang tidak senonoh." Yanti bertanya.
"Mereka chatingan dengan id palsu, tidak ada nama yang tertera, tapi aku menemukannya dari ponselnya, foto itu adalah foto saat mereka berkencan diluar, wanita itu mengambil foto dan mempostingnya di jaringan sosial, aku pun menyimpannya." Saat mengatakan ini, emosi nyonya Belinda masih sangat stabil.
Yanti juga sedikit serbasalah, bukti ini sama sekali tidak akan dianggap sebagai bukti dipengadilan, foto bersama bisa juga adalah teman.
Darlene hari ini kebetulan melihat case perceraian, dia dengan ragu bertanya, "Nyonya Belinda, bolehkan aku bertanya, bagaimana kamu mengenal suamimu?"
Yanti dengan heran melihat Darlene sejenak, apakah pertanyaan ini ada hubungannya dengan case ini? Walaupun dalam hati merasa heran, tapi dia tetap memilih untuk mempercayai Darlene kalau dia bertanya seperti ini pasti ada alasannya sendiri.
Nyonya Belinda mengungkit pria yang berselingkuh, tanpa sadar kukunya pun terus dikopek, Darlene juga menyadari hal ini, dia tidak lanjut bertanya lagi, hanya dengan sabar menunggunya berkata.
Nyonya Belinda sepertinya setelah menenangkan diri, perlahan berkata, "Aku dan suamiku adalah teman kuliah, setelah tamat kami sama-sama bekerja keras, ditambah dengan dukungan orang tuaku, barulah ada bisnis sekarang, setelah itu aku hamil, dia demi ingin aku beristirahat pun menyuruhku istirahat di rumah saja, aku kira aku sudah bertemu dengan pria terbaik yang pernah aku temui seumur hidup ini, tidak menduga ini hanyalah sebuah lelucon."
"Sebenarnya saat itu dia sudah bersama dengan wanita itu, hanya saja karena aku memiliki 40% saham, dia tidak berani menunjukkannya dengan jelas, setelah melahirkan seorang putri, dia membujuk dan menipuku untuk memperbesar perusahaan, menyuruhku memberikan sebagian dari sahamku."
"Perlahan menelan semua saham itu, walaupun aku masih diperusahaan, tapi hakku sudah ditahan, dia juga mengatur wanita itu ke perusahaan, semua orang diperusahaan selalu memanggil wanita itu nyonya besar, dan dia juga dengan tidak peduli selalu bersama dengannya."
"Aku bisa bercerai, apapun aku bisa tidak mau, tapi aku harus mengambil kembali barang yang seharusnya anakku dapatkan, dengar-dengar wanita itu juga sudah hamil, dan mungkin saja akan melahirkan seorang putra, hehe."
"Pria brengsek!" Yanti pun tidak bisa menahan dan memarahinya, melihat tatapan nyonya Belinda tertuju padanya, dia dengan tidak enak berkata, "Nyonya Belinda, maaf aku kelepas."
"Tidak apa-apa, ini adalah kenyataan kan?" nyonya Belinda dengan lembut berkata.
Wanita memang lemah, tapi ibu adalah orang yang kuat.
Darlene sangat mengerti dengan ucapan ini, dia sepertinya sudah mengerti dengan semua hal yang terjadi, pria miskin yang bergantung pada pihal wanita untuk mencapai kesuksesan, kejam, ingin menyingkirkan istrinya, menikahi seorang wanita yang lebih muda dan cantik.
Cerita yang sangat kuno, namun juga adalah hal yang sangat kejam dan sering terjadi.
"Nyonya Belinda, apakah kamu yakin kalau wanita itu hamil?" ini adalah bukti yang sangat penting kan?