Bab 120 Tidak Menjawab Berarti Mengakui
Bab >20 Tidak Menjawab Berarti Mengakui
"Aku tahu yang kamu katakan adalah hal itu, masalah nyonya Belinda sudah diulur 1 minggu, juga masih tidak ada perkembangan, walaupun aku juga merasa suaminya adalah pria brengsek, tapi dihadapan hukum semua orang itu sama, kita sebagai pengacara harus memiliki bukti, dan bukan melakukan segala hal dengan perasaan."
Hary juga sangat kasihan pada wanita itu, hanya saja rasa kasihan tidak bisa menjadi bukti, dan setelah lama di sini dan melihat banyak masalah, perasaannya sudah membeku.
Seperti dokter yang sering menemui penderita penyakit kanker, mereka sebagai dokter hanya bisa berusaha untuk mengobati, begitu juga dengan pengacara, hanya bisa melakukan kewajibannya.
Darlene perlahan melepaskan tangannya, "Aku sudah mengerti."
Jadi walaupun menyuruh Yose menggantikan Edaward juga tidak ada kemungkinan besar untuk menang kan?
"Tentu saja kalau Yose bersedia mengambil alih, mungkin keadaannya akan berbeda, bagaimanapun dia adalah pria yang selalu menciptakan keajaiban." Hary awalnya ingin menenangkan Darlene saja.
Tapi Darlene sepertinya benar-benar mendengarnya, berkata, "Terima kasih kak Hary."
"Eh? Darlene, aku hanya...." Hary melihat wajah Darlene yang senang, ucapan itu pun tidak bisa dikatakan, walaupun bos sangat hebat, tapi case kecil seperti ini dia sudah tidak akan mengurusnya.
"Kak Hary kamu tidak perlu bilang aku juga mengerti, aku hanya ingin mencoba saja." Darlene juga mengerti dengan ucapan yang ingin dikatakan Hary, tapi dia tidak bisa melupakan bayangan orang yang sibuk di ruang makan.
Hary melihat Darlene sangat bersikeras pun tidak berkata lagi, berharap sampai saat itu bosnya tidak akan terlalu kejam pada gadis yang cantik ini.
Di dalam ruangan.
Jane dengan tatapan kagum melihat pria dihadapannya ini, bentuk wajah yang tampan, kalau pria di depannya ini masih mencintainya seperti dulu, itu pasti baik sekali.
Sayangnya semua ini sudah dihancurkan oleh Darlene.
Jane menyembunyikan tatapannya yang kejam, digantikan dengan wajah menyedihkan, dengan sedih berkata, "Yose, kamu masih marah yah? Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku?"
Pria dibalik meja seperti tidak mendengarnya, lanjut melakukan pekerjaannya.
Reaksi Yose yang dingin membuat Jane sangat sedih, dia begitu tidak mudah membuat ayahnya setuju dengan hubungan mereka, dari pihak Yose malah bermasalah.
"Yose, kamu sedang menyalahkanku karena memukul Darlene?" Jane dengan sedih berkata, "Teman terbaikku bersama dengan pria yang paling aku cintai, apakah aku sama sekali tidak ada hak untuk marah."
Pena pria itu berhenti sejenak, tatapan yang menggelap terlihat dingin dan menembus hati Jane, "Jangan lupa, saat itu kita sudah berpisah, aku ingin bersama dengan siapa tidak ada hubungannya denganmu."
"Yose aku benar-benar tidak sengaja, aku hanya gegabah makanya melakukan itu, dan Darlene juga tidak apa-apa kan, hanya tenagaku yang lemah itu mana mungkin akan membuatnya terluka parah?" Jane melihat tatapan pria yang mengetahui segala hal, suaranya pun mengecil.
Yose seharusnya tidak tahu hari itu Darlene dipukul sampai seperti apa kan.
Yose menggenggam pena dengan semakin erat, hampir saja membuat pena itu patah, emosinya dikendalikan dengan sangat baik, sama sekali tidak melampiaskanya keluar.
Hanya saja suaranya menjadi semakin dingin, "Aku tidak ingin dengar lagi, kamu sudah bisa keluar."
"Yose jangan begitu, aku benar-benar sangat sedih, aku sudah mengetahui segalanya, orangtuaku lah yang memaksa mu berpisah denganku, aku baru mengetahuinya sekarang, maaf Yose, aku tidak menduga mereka akan melakukan ini."
Jane sudah hampir menangis, dia tidak ingin kehilangan Yose, dan juga tidak ingin Yose bersama dengan Darlene.
Yose hanya boleh menjadi miliknya, miliknya sendiri.
Rasa dingin Yose menyebar, membuat suhu ruangan dalam seketika menjadi sangat dingin, tubuhnya yang tinggi berdiri, perlahan berjalan ke sisi Jane yang gemetaran, dengan tatapan yang gelap dan dingin melihatnya.
Seperti sedang melihat seseuatu barang yang tidak bernyawa, disaat Jane merinding dan hampir menjerit.
Yose berkata, "Masa lalu aku tidak ingin mengungkitnya lagi, awalnya aku ingin memberikan satu sama lain kesempatan, sekarang kelihatannya sudah tidak perlu lagi, nona Jane, jangan datang mencariku lagi."
Setelah berkata, Yose tidak melihatnya lagi, membalikkan tubuh dan kembali ke meja kerjanya.
Ada suatu saat Jane merasa pria ini sangatlah asing, rasa yang menggerikan itu sampai ke hatinya, kakinya pun menjadi tidak berasa, bahkan sama sekali tidak ada keberanian untuk bergerak.
Rasa ini membuatnya sangat takut, tapi setelah dia melihatnya, pria yang dingin itu masih terlihat begitu tampan dan mempesona.
Bagaimana mungkin dia rela melepaskannya.
"Yose aku sudah menyadari kesalahanku, aku terlalu keras kepala, aku berjanji kedepannya tidak akan begitu lagi, aku tahu aku tidak seharusnya melampiaskannya pada Darlene, tapi aku benar-benar sangat peduli denganmu, Yose apakah kamu sudah melupakan saat kita kuliah, betapa baiknya hubungan kita."
Jane benar-benar tidak ingin mengungkit Darlene, tapi dia tidak mungkin tidak mengungkitnya, demi Yose bersedia berpura-pura sudah baikkan dengan Darlene.
Yose sama sekali tidak tergerak, menggerutkan dahi, sepertinya semakin kesal.
"Yose harus bagaimana agar kamu memaafkanku, saat aku tahu kamu bersama dengannya, kamu tidak tahu betapa sedihnya aku, aku benar-benar sangat marah, apakah aku salah karena sangat peduli padamu." Saat mengatakan sampai terakhir, Jane mulai menjerit, "Atau kamu benar-benar tidak bisa melupakannya."
Ini adalah hal yang paling dia takutkan, Yose seharusnya tidak akan menyukai Darlene kan.
"Ini adalah masalahku, tidak ada hubungannya denganmu." Yose tidak ingin mendengar suaranya, bangkit dan mengambil mantel, dengan dingin melewatinya dan berjalan keluar.
Jane melihat Yose yang membuka pintu dan pergi pun merasa khawatir, sama sekali tidak berpikir dan ikut keluar, setelah membuka pintu dia langsung mengubah ekspresinya menjadi lembut, saat ingin mengejar Yose, dia pun melihat Yose masih berada didalam pandangannya.
Dia pun mengikutinya.
"Darlene, aku datang menjemputmu, ini bunga untukmu."
Darlene mengambil bunga mawar besar dari tangan Hendrik, dengan canggung berkata, "Terima kasih Hendrik, kamu tidak perlu menghamburkan uang."
Hendrik melihat Darlene dan menggedipkan mata berkata, "Memberikan barang pada pacara tidak termasuk menghamburkan uang."
Darlene juga menyadari ada banyak rekan yang penasaran melihat ke arahnya, menyadari Darlene ternyata sudah memiliki pacar, dan juga adalah pria yang begitu tampan dan lembut, mereka pun mulai bergosip.
"Darlene kamu menyembunyikanya dengan sangat baik, ternyata kamu sudah memiliki pacara yang begitu tampan."
"Gawat, akan ada banyak pria yang bersedih."
"Makanya makanya, romantis sekali, bunga yang begitu besar, kalau pacarku yang memberikannya padaku, maka pasti aku senang sekali."
"Kalian lebih baik bekerja dan jangan mengagumi lagi."
Darlene awalnya ingin menjelaskan, saat melihat Jane yang ada di sisi Yose, dia pun tersenyum dan memilih untuk diam.
Diam artinya mengakui, he.
Tatapan Yose pun menjadi semakin gelap.
Hendrik sangat senang, dan Jane juga, dia mencoba untuk menggandeng lengan Yose, menyadari Yose juga tidak menolaknya, dia pun sangat senang.
Dengan berpura-pura berkata pada Darlene, "Darlene, tidak menduga Hendrik begitu romantis dan juga memberikan bunga padamu, lebih baik kamu terima lamaran Hendrik saja."