Bab 139 Dua Ekor Koi Mati
Dua Jkor Koi Mati
Yang ada dihadapannya hanya 2 jalan, menuruti keluarganya untuk pergi kencan buta atau terus mengenggam pada Yose, Jane tentu saja tanpa ragu memilih pilihan kedua, "Ibu aku tidak mau pergi kencan buta, aku dan Yose benar-benar saling mencintai."
"Kalau kamu begitu menyukainya, maka bertahanlah, orang yang bisa menahan rasa sulit yang akan menang."
Semua ini adalah pembicaraan mengenai pengalaman seorang ibu, jangan melihat dia terlihat begitu bersinar, dia selalu menelan semua rasa sulit itu baru bisa sampai sekarang ini.
"Ibu, kalau Yose memaafkanku, apakah itu berarti dia masih peduli pada Darlene." Jane dalam hati merasa sedih, dia tidak ingin terlihat begitu lemah di hadapan Darlene, dan tidak ingin membiarkan dirinya di pijak di hadapannya.
Gisella membantunya membandingkan, "Tidak pasti, pria lebih peduli dengan kekuasaan dan bukti yang bisa dia pegang, kamu jelas-jelas tahu dia dan Yose pernah memiliki hubungan, kamu masih saja memukulnya, bukankah itu berarti kamu memukul wajahnya."
Jane berpikir dan merasa mungkin juga, kalau Yose menyukai Darlene, dia mana mungkin setuju berpacaran dengannya, sepertinya saat itu dia terlalu mempermalukan Yose, tapi dia harus terus berpura-pura baik pada Darlene, benar-benar sangat terpaksa.
Bagaimanapun daging yang lepas dari tubuhnya, hanya satu ekspresi Jane Gisella sudah tahu apa yang sedang dia pikirkan.
"Jane kamu rasa berpura-pura dekat dengan Darlene sangat terpaksa yah, atau kamu bisa menggunakan cara lain, biarkan dia melihat kamu bersama dengan Yose, bukankah itu adalah balas dendam yang paling baik?"
Setelah ide yang diberikan Gisella, Jane pun terinspirasi, dengan senang memeluk lengannya, dengan manja berkata, "Ibu, memang mu yang lebih hebat, tahu bagaimana menghabisi Darlene, asalkan aku bersama dengan Yose, pasti akan membuatnya marah."
"Sekarang tidak menyiksa ikan ayahmu lagi kan." Gisella pun tersenyum memanjakan.
Jane dengan malu menyodorkan lidahnya berkata, "Ibu kamu tidak boleh mengatakannya pada ayah yah, kamu juga tahu betapa ayah menyayangi ikannya, kalau dia tahu aku menyiksa ikannya, dia pasti akan memarahiku."
"Kamu yah, menghadapi masalah terlalu buru-buru, kamu harus berpikir dengan tenang, sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tidak peduli masalah sebesar apa pasti akan ada cara menyelesaikannya, jangan melupakan identitasmu, sikeji masyarakat umum itu tidak bisa dibandingkan denganmu."
Gisella berkata, langsung melingkupkan Darlene pada orang paling rendah di masyarakat.
"Aku tahu ibu." Jane tersenyum manis, tatapannya terlihat sadis, Darlen bukankah hanya masyarakat biasa, kalau bukan karena dirinya, Darlene bahkan tidak ada hak berteman dengannya.
Sekarang malah merebut pria dengannya, keji memang keji, sudah tertanam di tulangnya dan tidak bisa dilepaskan lagi.
Tatapan Jane melihat ke arah kolam, wajahnya langsung berubah, buru-buru menarik lengan baju Gisella, dengan takut berkata, "Ibu, gawat, ada 2 ekor ikan yang makan terlalu banyak dan membalikkan perut mereka ke atas."
Gisella yang mendengar itu tatapannya pun menjadi tegang, buru-buru mengeceknya, ternyata 2 ekor koi besar sudah mati, ikan yang ada di kolam juga masih terhitung, mati 2 ekor sudah sangat jelas, pergi beli lagi juga sudah tidak sempat.
Dan koi jenis ini tidak ada ada di dalam kota, sudah dibesarkan sampai begitu besar sudah menghabiskan waktu beberapa tahun.
"Ibu, bagaimana ini, ayah akan segera kembali, kalau dia melihat 2 ekor ikan mati, aku pasti akan gawat.
Betapa pedulinya ayah pada ikan ini, Jane sangat mengerti, saat dia marah dia tidak berpikir banyak, sekarang sudah membuat ikan mati, dia juga sudah tahu takut.
Dulu karena seekor ikan sakit, ayahnya bahan mematahkan satu kaki pelayannya, setelah dipecat, tidak ada orang yang berani menggunakan pelayan itu lagi.
Walaupun kejam, tapi dia juga merasa pelayan itu pantas menerimanya, siapa menyuruhnya tidak bersungguh-sungguh bekerja, ini juga membuatnya mengerti betapa pentingnya ikan ini untuk ayahnya.
Biasanya, dia tidak akan asal menyentuhnya.
"Kamu yah, bukankah aku menyuruhmu untuk tenang saat mengalami masalah, begitu cepat sudah lupa, ikan-ikan ini mati karena pelayan memberikan terlalu banyak makanan pada mereka, kenapa kamu tidak ingat." Gisella dengan cepat mendapatkan ide, langsung mendorong hal ini pada orang lain.
Jane yang mendengar ini langsung mengerti maksud Gisella, menganggukkan kepala, "Aku sudah mengerti ibu."
Dulu dia mengira ibunya hanyalah seorang istri yang sangat pintar menjaga hubungan dengan lingkungan sosial, sekarang terlihat jelas kenapa ibu bisa berada di posisi ini tidak hanya bergantung pada klinik kecantikan dan pergi minum teh.
Setiap langkah selalu ada kegunaannya.
Kedepannya dia akan lebih banyak mendengar ucapan ibunya.
Setelah Jerome pulang dan mengetahui ikan kesayangannya mati 2 ekor, dia langsung marah besar, menarik pelayan yang ketakutan keluar untuk mengabisinya.
2 ekor ikan itu diberikan oleh rekannya padanya, sekarang rekan itu sudah menjadi atasannya, kalau mereka tahu ikan yang diberikan padanya mati kekenyangan, pasti akan menyalahkannya.
Orang yang tidak berguna seperti ini, hidup pun tidak berguna.
Dia harus menyuruh orang untuk membeli 2 ekor yang sama, walaupun tidak bisa sama persis, juga tidak boleh beda banyak.
Jane juga dengan takut melihat Gisella sejenak, walaupun dia adalah anak satu-satunya keluarga ini, melihat ekspresi ayahnya yang begitu mengerikan, kalau mengetahui ini adalah perbuatannya, pasti tidak bisa menghindari tamparan.
Memang ibunya lebih pintar.
Gisella menatapnya dan menenangkan, menyuruhnya untuk tidak menunjukkannya dengan jelas.
Setelah membereskan segalanya, Jerome akhirnya ada waktu menanyakan masalah Jane, "Jane, bagaimana masalahmu dengan Yose, bukankah dia ingin bertunangan denganmu, sudah begitu lama kenapa masih belum datang ke rumah."
Jane dengan manja berkata, "Ayah, putrimu masih sangat muda, untuk apa begitu buru-buru, apakah kamu tidak ingin putrimu berada di rumah."
Melihat putri satu-satunya itu, Jerome yang terlihat serius pun melembut, "Ayah tentu tidak tega denganmu, tapi masalah kamu dan Yose sebaiknya ditetapkan waktunya."
"Aku belum mengatakannya pada Yose." Jane tidak boleh mengatakan Yose tidak mau datang, hanya bisa mengatakan dia sendiri belum mengatakannya.
Jerome juga sengaja memperingati, "Sekarang ayah sedang berada di posisi yang penting, Jane kamu tidak boleh melakukan kesalahan."
Gisella yang mendengar ucapan Jerome, wajahnya pun terlihat terkejut dan berkata, "Jerome, apakah kamu sudah terpilih?"
"Lebih kurang." Membicarakan tentang dunia pemerintahannya, Jerome pun terlihat bangga, belum berusia 50 tahun, 2 kali dalam 5 tahun, tidak semua orang memiliki keberuntungan seperti ini.
Oleh karena itu dia semakin peduli dengan koi yang ada di taman.
Orang dipemerintahan lebih kurang percaya akan hal yang tahayul.
Gisella langsung merangkapkan kedua telapak tangan, mengarah ke arah timur berkata, "Bagus sekali, benar-benar nenek moyang memberkati."
"Kamu juga jangan terlalu senang, masalah ini belum pasti, jangan sembarangan mengatakan pada orang luar."
Walaupun Jerome mengatakan seperti ini, dia juga tidak menghalangi tindakan Gisella, melihat putrinya dan berkata, "Kali ini juga berkat kamu Jane."