Bab 157 27 Derajat Begitu Dingin?   1/    
已经是第一章了
Bab 157 27 Derajat Begitu Dingin?
Bab >57 27 Derajat Begitu Dingin? Sampai di rumah sakit, Darlene masih seperti seekor ayam yang baru menetas dan terus menempel pada Yose. Dokternya masih adalah dokter tadi, setelah dengan hati-hati melepaskan perban, melihat luka yang robek setengah, dia pun dengan menyalahkan melihat ke arah Yose, "Kenapa lukanya robek lagi, bukankah aku menyuruhmu untuk memperhatikannya?" Bagaimana menjadi seorang pacar, benar-benar tidak bertanggung jawab, terus-menerus membuat pacarnya terluka. Darlene dengan canggung melihat Yose yang tidak berekspresi, buru-buru menjelaskan pada dokter, "Dokter aku sendiri yang tidak hati-hati dan membuat lukaku robek, tidak ada hubungan dengannya, dan dia juga bukan pacarku." Kalau ingin mengatakan dengan lebih jelas, juga bisa dikatakan adalah peminjam uang atau teman tidur? Dokter menggelengkan kepala mendesah, "Anak muda zaman sekarang benar-benar tidak menyanyangi diri sendiri, apakah tampang yang tampan bisa dimakan?" Dia sedang mengatakan selera Darlene terlalu buruk, tampan juga tidak bisa dimakan, lebih baik mencari orang yang baik padanya. Walaupun pria itu tidak membantah, tapi tatapannya menjadi mengerikan. Bahkan menyebar ke ruangan, suhu terasa dingin. Dokter tiba-tiba merasa sangat dingin, bertanya pada asistennya, "Celine, apakah suhu AC nya terlalu rendah." Tatapan Celine dengan terkejut melihat ke arah Yose, dokter sudah rabun yah, apakah dia tidak menyadari kalau rasa dingin ini datanga darinya, dia benar-benar sudah hampir mati ketakutan karena pria itu. "Dokter Lay, sekarang suhu ruangan 27 derajat." "27 derajat begitu dingin? Benar-benar aneh." Dokter melihat suhu yang tertulis di AC, berkata dan tidak bertanya lagi, lalu memalingkan kepala pada Darlene berkata, "Sekarang luka sudah robek, jadi harus dijahit lagi, malam ini tinggal di rumah sakit untuk diperiksa 1 hari." "En, nanti aku akan pergi mengurus proses prosedur rawat inap." Darlene yang membelakangi Yose juga bisa merasakan rasa dingin, berharap dokter segera menyelesaikan pengobatannya dan membiarkan nya pergi. Dokter sepertinya sudah terlalu tua, melihat hal yang tidak adil ini, dia pun berkat, "Apa, kamu sudah seperti ini masih harus pergi mengurus prosedur rawat inap sendiri, walaupun dia bukanlah pacarmu, sebagai teman dia juga seharusnya membantumu kan." Darlene tidak perlu membalikkan kepala sudah tahu betapa marahnya pria, sedang khawatir apakah dia akan marah. Yose dengan suara yang dingin berkata, "Aku sudah mengurusnya." Mendengar Yose sudah mengurus prosedur rawat inap, Darlene pun tidak mengerti, eh? Kenapa dia tidak tahu. Dokter tidak menduga akan mendapatkan jawaban ini, awalnya dia masih ingin mendidik pria ini sebagai generasi yang lebih tua, sepertinya hatinya sudah tersimpan banyak hal yang ingin dikatakan, dan orang itu langsung mengatakan sudah menyelesaikan tugasnya, membuatnya menahan kembali semua ucapannya, sangat tersiksa. Dengan tatapan tidak senang melihat ke arah asistenya, "Celine, benarkah?" "Iya, iya dokter Lay, saat datang tuan ini sudah menyuruh suster untuk mengurusnya." Celine menjawab sesuai kenyataan, dia tahu sifat cerewet dokter Lay, namun bukanlah orang jahat. Dokter Lay hanya bisa menyerah, batuk dan berkata, "Baiklah, kalau begitu jahit dulu." Darlene terkejut akan kesabaran Yose, kalau ini biasanya, dia dari tadi sudah pergi, apakah karena dirinya terluka? Selanjutnya dia sama sekali tidak ada waktu untuk asal berpikir lagi, luka yang kembali di jahit membuatnya sangat kesakitan, karena ada Yose di samping, dia pun menahannya. Kuku di satu tangannya hampir saja patah. Tidak tahu sejak kapan, pria dibelakangnya menunduk dan menggenggam tangannya yang memegang pada kursi, dan juga karena terlalu menggerahkan kekuatan, kukunya pun langsung menggores telapak tangan pria. Dia dengan jelas merasakan kukunya menggores garis tangannya dan menusuk ke dalam, cairan panas pun keluar dari dalam. Itu adalah darahnya. Darlene terkjut dan ingin menarik tangannya, tapi pria yang memegang tangannya itu malah menggenggam tangannya dengan erat, dengan tenang berkata, "Jangan bergerak." Darlene terdiam beberapa detik, hati yang kacau pun menjadi tenang karenanya, tangannya pun mulai melemas. Darlene dengan merasa bersalah berkata, "Maaf." Pria disamping malah tidak menjawabnya. Dokter Lay tidak tahu kenapa wanita yang tadinya begitu kesakitan sekarang wajahnya malah memerah dan terus menundukkan kepala, tatapannya pun melihat ke arah tangan mereka yang saling berpegangan, mempercepat gerakan menjahitnya. Ketampanan menyelamatkan orang. Karena luka sudah robek sekali, Darlene juga terus mengkhawatirkan tangan Yose, malah membuat dirinya mengalihkan rasa sakit itu. Dokter Lay mempercepat gerakan dan selesai menjahitnya, "Yang lainnya aku tidak mengulangi lagi, kalau robek sekali lagi, kamu siap-siap diplester saja." "Aku tahu, terima kasih dokter." Darlene pun merasa malu, dia tahu dokter mengatakan ini demi kebaikannya. Wajah dokter Lay terlihat merah yang tidak normal, buru-buru melambaikan tangan berpura-pura tidak sabar berkata, "Celine, bawa mereka berdua ke ruangan, jangan mengganggu pasien lain." "Nona Darlene silahkan." Celine sudah mengambil daftar Darlene dan berjalan ke depan pintu. Darlene barusan ingin berdiri, karena duduk terlalu lama dan kakinya kebas, dia pun duduk kembali, saat dia merasa tidak mampu berdiri, tubuhnya tiba-tiba merasa ringan, dia sudah digendong ke dalam pelukannya dan berjalan ke depan. Dia hanya bisa menempel di dada pria, merasa senang karena sekarang adalah malam hari, orang yang datang ke rumah sakit tidak banyak. Yose menyediakan ruangan VIP untukya, perlengkapan di dalam sangat lengkap, lemari baju, sofa, televisi, dan ada sebuah kulkas, dan juga toilet khusus. Efisien dan mudah. Darlene berbaring di ranjang, melihat pria yang ada di sisinya, tatapannya pun melihat ke bawah, dengan samar bisa melihat darah yang ada di telapak tangannya, dengan sedikit aneh berkata, "Yose, apakah kamu perlu pergi mengobati lukanmu." Yose dengan suara yang jelas berkata, "Maksudmu aku vaksin rabies yah." Kalau ada, dia tidak keberatan untuk pergi menyuntik anti rabies. Awalnya Darlene tidak mengerti maksud Yose, setelah beberapa detik, dia dengan kesal bertanya, "Kamu mengatakan siapa anjing." Vaksin rabies, bukankah itu mengatakan dia adalah anjing!! "Kalau bukan, berbaring saja." Dulu dia pernah mengalami luka yang lebih berat, terkadang tidak sempat diobati, lukanya sampai infeksi dia juga tidak peduli, sekarang hanya tergores sedikit sudah harus pergi obati, dia Yose tidak begitu lemah. Memperhatikannya malah mendapatkan tamparan, Darlene pun tidak ingin memperdulikannya, tapi tidak bisa melawan rasa penasarannya, "Apakah kamu tahu maksud Leo?" Yose dengan tatapan dingin melihatnya, "Ingin tahu?" Darlene menganggukkan kepala seperti ayam mematuk beras, "Iya." "En, kalau begitu lanjut pikirkan saja."
已经是最新一章了
加载中